Comboran
Comboran atau Komboran merupakan tempat makan dan minum (dalam Bahasa Jawa ‘ngombor’) kuda-kuda milik Pangeran Diponegoro.
Sosoknya dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan mahir dalam bidang hokum Islam-Jawa. Kedekatannya dengan sang kakek yakni Sultan Hamengku Buwono I dan sang eyang yakni Gusti Kangjeng Ratu Tegalrejo menjadikannya sebagai pribadi yang luhur dan memiliki wawasan keagamaan yang lebih luas dibandingkan mengurusi persoalan pemerintah keraton. Kedekatannya ini juga menjadikan Pangeran Diponegoro lebih memilih tinggal di Tegalrejo dengan kakenya daripada di keraton.
Pasukan Diponegoro yang menerapkan sistem perang gerilya mampu menyulitkan pasukan Belanda. Tetapi, dalam perkembangan jalannya perang, pasukan Belanda yang menggunakan sistem benteng mulai berhasil menguasai keadaan, terbukti dengan keberhasilan menangkap Kiyai Mojo, Pangeran Mangkubumi, Alibasah Sentot Prawirodirjo yang menyerahkan diri. Perang kemudian berakhir dengan penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda pada 28 Maret 1830, setelah Jenderal Hendrik Markus de Kock menjebaknya dengan tabiat mengadakan pertemuan ramah tamah hari lebaran.
Comboran atau Komboran merupakan tempat makan dan minum (dalam Bahasa Jawa ‘ngombor’) kuda-kuda milik Pangeran Diponegoro.
Peninggalan Sri Sultan HB ke VIII, sebagai duplikat kepunyaan Pangeran Diponegoro. Kereta ini didapatkan dari Kraton Yogyakarta pada tahun 1971.
Candrasa merupakan senjata rahasia yang digunakan oleh prajurit wanita yang bertugas sebagai mata-mata (telik sandi). Candrasa ini memiliki fungsi lain sebagai tusuk konde yang dipakai pada sanggul.
15 August – 31 October 2020
22 Oct 2020 - 21 Feb 2021
22 Apr 2021 - 22 Aug 2021